“Sejak awal menjalin kemitraan dengan PT SLS (PT. Sari Lembah Subur), mendapatkan pembinaan dan pendampingan dalam mengelola kebun sawit,” Ketua KUD Amanah, Rachmat Sumekto.

KUD Amanah merupakan salah satu kelembagaan petani sawit yang bermitra dengan perusahaan perkebunan, PT. Sari Lembah Subur (SLS), anak usaha PT. Astra Agro Lestari yang beroperasi di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Dari informasi yang dihimpun tim Redaksi Majalah Sawit Indonesia, koperasi (KUD Amanah) yang berlokasi di Desa Pematang Tinggi, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, sudah menjadi kerjama (bermitra) dengan PT SLS, sejak 1992 saat pembangunan kebun dengan skema PIR-Trans.

Ketua KUD Amanah, Rachmat Sumekto menjelaskan pihaknya adalah koperasi yang didirikan dengan skema PIR-Trans dengan bapak angkat (offtaker) perusahaan (PT SLS).

“Jadi, sejak awal kami sudah mendapatkan pembinaan dan pendampingan dalam mengelola kebun sawit. Bersama anggota KUD Amanah sama-sama orang trans yang tidak memiliki pengetahuan untuk budidaya tanaman kelapa sawit. Jadi, kami sering mendapatkan pelatihan dan penyuluhan budidaya tanaman kelapa sawit, sejak awal menanam kelapa sawit. Mulai dari perawatan hingga panen (mengambil TBS sesuai dengan standar kematangan),” katanya, saat ditemui di kantornya, di Pematang Tinggi, Kecamatan Kerumutan, Pelalawan pada awal Agustus 2024.

“Contoh lain dari pendampingan dan pembinaan yang dilakukan PT SLS pada KUD-KUD yang ada di Pelalawan, tak terkecuali KUD Amanah. Misalnya ada pelatihan di Pekanbaru, kami (perwakilan) dari KUD Amanah sering diikutsertakan oleh PT SLS, untuk meningkatkan kompetensi. Selain itu, kami juga mendapatkan bantuan perbaikan infrastruktur jalan kebun,” imbuh Rachmat.

Lebih lanjut, ia mengatakan, tentu, kami bersyukur dapat bermitra dengan PT SLS, tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang budidaya tanaman kelapa sawit, melainkan ada ilmu-ilmu lain yang diajarkan misalnya terkait manajemen keuangan koperasi.

“Yang, pasti kami mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari nol hingga sekarang bisa produksi TBS. Tentu ini hal yang sangat besar melebihi benefit materi (harta), mulai dari perawatan hingga panen sesuai standar (kematangan). Sebab dari ilmu yang diberikan PT SLS, para anggota bisa produksi TBS dan bisa menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi,” lanjut pria petani transmigrasi asal Jawa.

Saat ini, KUD Amanah tengah melakukan peremajaan kebun sawitnya melalui program peremajaan sawit rakyat (PSR) dengan dana dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Peremajaan lahan sawit ini dilakukan secara bertahap, di tahap awal luas lahan yang diremajakan 497,9710 Ha dengan jumlah kavling 249, yang mulai ditumbang pada 3 Agustus lalu.

“Di saat peremajaan, kami tetap mendapatkan pendampingan dan pembinaan dari PT SLS. Meski, kami sudah memiliki pengalaman mengelola kebun satu siklus. Ini bentuk komitmen dari perusahaan (PT SLS) dalam mendampingi petani sawit, maka kami bersyukur,” kata Rachmat.

“Bahkan, sebagai upaya mengantisipasi serangan kumbang tanduk, kami akan dibantu jaring oleh PT SLS. Jaring itu, nantinya akan dipasang untuk mengantisipasi serangan kumbang tanduk. Kami merasa, PT SLS saat ini sangat fokus pada program kemitraan dengan petani sawit yang berada di sekitar kebun. sejak pertama bermitra dengan PT SLS kami merasa di-emong (diayomi) jadi merasa nyaman dan bekerjasama, jika menghadapi kesulitan pihak PT SLS juga sangat responsif dan memberikan solusi,” sambungnya.

Terkait dengan, upaya antisipasi penurunan income anggota, terutama bagi anggota yang lahannya sekarang masuk tahap replanting. Rachmat mengungkapkan secara umum para anggota yang lahannya masuk proses peremajaan, dari sisi pendapatan (income) tidak terganggu.

“Sebab, selain anggota sudah memiliki kemampuan manajemen keuangan dari pelatihan yang didapat melalui pelatihan oleh PT SLS. Mereka (para anggota) juga memiliki lahan (non plasma) dan Sebagian lahan sawit di pekarangan rumah tinggal, jadi masih ada pendapatan meski hanya untuk beli berat. Namun, secara umum income dari lahan non plasma yang masih produksi TBS-nya, jadi aman keuangan untuk keluarga,” ungkapnya.

“Kami tidak ingin memamerkan kemampuan para anggota KUD Amanah yang dari sisi finansial sudah banyak berangsung baik, bahkan tidak sedikit memiliki kendaraan roda empat (mobil). Mereka, sekitar 10 tahun lalu banyak yang membeli lahan (lahan non plasma). Jadi, lahannya sudah cukup untuk menopang perekonomian keluarga dan membeli kendaraan (mobil). Maka, dengan adanya replanting, lahan mereka yang ditumbang, tidak kawatir kehilangan income karena masih punya pendapatan lain dari lahan yang ditumbang,” tambah pria yang masih dipercaya sebagai Ketua KUD Amanah hingga saat ini.

(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 154)

Sumber : sawitindonesia.com